Loading, please wait...
Mansion Sports - Simone Inzaghi sedang membangun sesuatu yang spesial di Inter Milan. Tim asuhannya saat ini sedang berjaya di tiga kompetisi berbeda: Serie A, Coppa Italia, dan tentu saja Liga Champions. Hal ini bikin media-media Italia mulai bernostalgia ke masa keemasan tahun 2010 — saat Inter-nya José Mourinho meraih treble bersejarah.
Inter sukses mencuri kemenangan 2-1 atas Bayern Munich di leg pertama perempat final Liga Champions. Bermain di Allianz Arena, Nerazzurri tampil solid dan disiplin.
Walaupun statistik menunjukkan Bayern unggul penguasaan bola (55% berbanding 45%) dan jumlah tembakan tepat sasaran, Inter tetap mampu tampil efektif dan mencuri keunggulan.
Kemenangan ini bukan cuma soal skor, tapi juga soal mental. Main tandang lawan tim raksasa Jerman dan tetap tenang — ini adalah sinyal bahwa Inter sekarang bukan cuma kuat di Serie A, tapi juga layak ditakuti di Eropa.
Inter sekarang sedang memimpin klasemen Serie A, masih hidup di Coppa Italia, dan baru saja menundukkan Bayern di Liga Champions.
Dengan kata lain, mereka adalah satu dari sedikit tim Eropa yang masih punya peluang untuk meraih treble musim ini.
Kalau bicara treble, fans Inter pasti langsung teringat 2010. Waktu itu, Mourinho membawa mereka menjuarai Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions dalam satu musim.
Dan yang menarik, musim ini bisa jadi pengulangan cerita epik itu — tentu saja dengan sentuhan khas Simone Inzaghi.
Baca Juga: “Inter Lirik Arda Guler, Ingin Manfaatkan Situasi di Madrid”
Media Italia, terutama Calciomercato.com, mulai menyamakan Inter-nya Inzaghi dengan skuad Mourinho dulu. Meski gaya main dan karakter pelatih berbeda, ada satu benang merah yang kuat: mental baja dan identitas Eropa yang solid.
“Mourinho dan Inzaghi punya pendekatan berbeda, tapi fondasi semangatnya sama — Inter yang nggak takut lawan siapa pun,” tulis salah satu analis.
Contoh paling nyata? Tahun 2010, Inter menyingkirkan Barcelona-nya Guardiola dengan cuma 27% penguasaan bola. Sekarang, lawan Bayern, Inter tetap mampu menang meski hanya pegang 45% bola.
Pertandingan leg kedua akan digelar di San Siro pada 16 April mendatang. Dengan atmosfer kandang dan keunggulan agregat tipis, ini akan jadi malam penentuan — apakah mimpi treble bisa terus berlanjut, atau akan berakhir lebih cepat?
Apa pun hasilnya nanti, satu hal sudah jelas: Inter-nya Inzaghi bukan sekadar tim kuat Serie A, tapi juga sudah mulai menanamkan identitas sebagai raksasa Eropa. Dan siapa tahu, sejarah bisa saja terulang 15 tahun kemudian.