Kenapa MU Kalah Terus? Ini 5 Masalah Utamanya!

Kenapa MU Kalah Terus? Ini 5 Masalah Utamanya!

Kenapa MU Kalah Terus - Manchester United sedang dalam periode sulit, dan hal ini jadi sorotan besar di kalangan pecinta sepak bola. Buat kamu yang ngikutin perkembangan Premier League, pasti sadar betul kalau performa MU akhir-akhir ini jauh dari kata stabil. 

Di bawah asuhan Ruben Amorim, fans berharap akan ada angin segar. Tapi kenyataannya, MU malah makin tenggelam dalam inkonsistensi.

Sebagai media yang juga mengikuti dunia sepak bola secara intens, Mansion Sports akan mengupas tuntas pertanyaan yang sering muncul: kenapa MU kalah terus? Yuk, kita bahas satu per satu faktor yang bikin Setan Merah belum juga bangkit!

5 Alasan Kenapa MU Kalah Terus

1. Lini Pertahanan yang Jadi Titik Lemah

MU punya masalah yang cukup jelas: lini belakang mereka bocor terus. Dalam 10 pertandingan terakhir sejak Ruben Amorim mengambil alih, MU cuma bisa sekali menjaga gawang tetap bersih dari kebobolan. Itu pun lebih ke pengecualian, bukan aturan umum.

Coba bayangkan, dalam sepuluh laga, MU sudah kebobolan 19 gol. Itu berarti hampir dua gol setiap pertandingan. Bahkan, di tiga laga terakhir, gawang MU sudah dibobol delapan kali.

Sulit rasanya menyalahkan Andre Onana seorang. Karena kalau dilihat lebih dalam, masalahnya ada pada sistem pertahanan secara keseluruhan. Entah itu komunikasi antar pemain belakang, lini tengah yang gagal menutup ruang, atau bahkan formasi yang belum klik—semuanya harus segera diperbaiki jika MU mau kembali kompetitif.

2. Gagal Antisipasi Bola Mati

Masalah berikutnya yang bikin fans frustrasi adalah kebobolan dari bola mati. Ini bukan cuma soal kesialan, tapi lebih ke kurangnya fokus dan organisasi saat mengawal lawan.

Dalam tiga laga terakhir, MU selalu kebobolan dari situasi bola mati. Terutama dari sepak pojok dan tendangan bebas. Bahkan beberapa kali gol yang masuk tergolong “olimpik” atau langsung dari sepak pojok tanpa sempat disapu pemain belakang.

Kalau hal ini terus terjadi, bisa jadi MU seperti “keledai” yang jatuh ke lubang yang sama berkali-kali. Mereka harus belajar dari kesalahan dan segera memperbaiki organisasi saat bola mati.

3, Lini Serang yang Tumpul dan Gagal Konsisten

Nggak cuma pertahanan yang bermasalah, serangan MU juga belum bisa diandalkan. Mereka kesulitan mencetak gol dalam beberapa pertandingan terakhir.

Pada dua laga terakhir, MU gagal mencetak satu gol pun. Padahal, Ruben Amorim sudah mencoba berbagai kombinasi penyerang seperti Rasmus Hojlund, Joshua Zirkzee, Amad Diallo, hingga Alejandro Garnacho. Namun, hasilnya tetap nihil.

Masalah makin rumit dengan tidak harmonisnya hubungan Amorim dan Marcus Rashford. Rashford, yang seharusnya bisa jadi ujung tombak serangan, justru didepak dari tim utama dan kini sudah hengkang ke Aston Villa. Dampaknya? MU kehilangan salah satu senjata andalan mereka.

Baca Juga: “Pemain Asia yang Pernah Bermain di Manchester United

4. Gaya Bermain Ruben Amorim yang Terlalu "Berani"

Amorim datang ke MU dengan ide permainan yang ambisius dan berbeda. Dia ingin membawa filosofi tiga bek yang sukses dia terapkan di Sporting CP ke Old Trafford. Tapi, apakah para pemain MU siap?

MU terbiasa bermain dengan empat bek selama era Erik ten Hag atau Solskjaer. Pergantian ke formasi tiga bek sejajar butuh adaptasi besar. Apalagi pemain-pemain seperti Maguire, Lindelof, atau Martinez belum tentu cocok main dalam skema ini.

Hasilnya? Tim terlihat bingung di lapangan. Perubahan mendadak dalam filosofi permainan ini justru membuat pemain kehilangan kenyamanan. Belum lagi kombinasi lini belakang yang terus berubah, makin memperparah situasi.

5. Eksperimen Tak Berujung

Satu lagi hal yang membuat MU tidak stabil adalah keinginan Ruben Amorim untuk terus bereksperimen. Meskipun niatnya baik, tapi terlalu sering gonta-ganti formasi dan posisi pemain justru bisa merusak ritme tim.

Amad Diallo, misalnya, sempat tampil oke sebagai wingback, tapi tiba-tiba dipasang jadi gelandang serang. Mazraoui juga mengalami hal serupa: kadang jadi bek tengah kanan, kadang jadi wingback.

Eksperimen semacam ini membuat pemain sulit menemukan ritme dan kenyamanan. Mereka jadi tidak tahu peran pastinya dalam tim. Padahal, untuk bisa tampil konsisten, pemain butuh stabilitas.

Itulah jawaban dari pertanyaan besar: kenapa MU kalah terus? Ada banyak faktor yang saling terkait—mulai dari pertahanan yang rapuh, kesalahan bola mati, serangan yang tumpul, taktik baru yang belum cocok, hingga rotasi berlebihan.

Kalau Manchester United ingin bangkit, mereka harus melakukan evaluasi besar-besaran. Ruben Amorim pun perlu waktu dan pendekatan yang lebih realistis terhadap kondisi skuad yang ada.

Dari sisi fans, mungkin ini masa yang berat. Tapi kalau kamu tetap percaya dan mendukung tim dalam masa sulit seperti ini, justru itulah bukti cinta sejati. Kita tunggu, apakah MU bisa kembali ke jalur kemenangan, atau justru makin terperosok dalam krisis.

Kenapa MU Kalah Terus? Ini 5 Masalah Utamanya!

Kenapa MU Kalah Terus? Ini 5 Masalah Utamanya!

Kenapa MU Kalah Terus - Manchester United sedang dalam periode sulit, dan hal ini jadi sorotan besar di kalangan pecinta sepak bola. Buat kamu yang ngikutin perkembangan Premier League, pasti sadar betul kalau performa MU akhir-akhir ini jauh dari kata stabil. 

Di bawah asuhan Ruben Amorim, fans berharap akan ada angin segar. Tapi kenyataannya, MU malah makin tenggelam dalam inkonsistensi.

Sebagai media yang juga mengikuti dunia sepak bola secara intens, Mansion Sports akan mengupas tuntas pertanyaan yang sering muncul: kenapa MU kalah terus? Yuk, kita bahas satu per satu faktor yang bikin Setan Merah belum juga bangkit!

5 Alasan Kenapa MU Kalah Terus

1. Lini Pertahanan yang Jadi Titik Lemah

MU punya masalah yang cukup jelas: lini belakang mereka bocor terus. Dalam 10 pertandingan terakhir sejak Ruben Amorim mengambil alih, MU cuma bisa sekali menjaga gawang tetap bersih dari kebobolan. Itu pun lebih ke pengecualian, bukan aturan umum.

Coba bayangkan, dalam sepuluh laga, MU sudah kebobolan 19 gol. Itu berarti hampir dua gol setiap pertandingan. Bahkan, di tiga laga terakhir, gawang MU sudah dibobol delapan kali.

Sulit rasanya menyalahkan Andre Onana seorang. Karena kalau dilihat lebih dalam, masalahnya ada pada sistem pertahanan secara keseluruhan. Entah itu komunikasi antar pemain belakang, lini tengah yang gagal menutup ruang, atau bahkan formasi yang belum klik—semuanya harus segera diperbaiki jika MU mau kembali kompetitif.

2. Gagal Antisipasi Bola Mati

Masalah berikutnya yang bikin fans frustrasi adalah kebobolan dari bola mati. Ini bukan cuma soal kesialan, tapi lebih ke kurangnya fokus dan organisasi saat mengawal lawan.

Dalam tiga laga terakhir, MU selalu kebobolan dari situasi bola mati. Terutama dari sepak pojok dan tendangan bebas. Bahkan beberapa kali gol yang masuk tergolong “olimpik” atau langsung dari sepak pojok tanpa sempat disapu pemain belakang.

Kalau hal ini terus terjadi, bisa jadi MU seperti “keledai” yang jatuh ke lubang yang sama berkali-kali. Mereka harus belajar dari kesalahan dan segera memperbaiki organisasi saat bola mati.

3, Lini Serang yang Tumpul dan Gagal Konsisten

Nggak cuma pertahanan yang bermasalah, serangan MU juga belum bisa diandalkan. Mereka kesulitan mencetak gol dalam beberapa pertandingan terakhir.

Pada dua laga terakhir, MU gagal mencetak satu gol pun. Padahal, Ruben Amorim sudah mencoba berbagai kombinasi penyerang seperti Rasmus Hojlund, Joshua Zirkzee, Amad Diallo, hingga Alejandro Garnacho. Namun, hasilnya tetap nihil.

Masalah makin rumit dengan tidak harmonisnya hubungan Amorim dan Marcus Rashford. Rashford, yang seharusnya bisa jadi ujung tombak serangan, justru didepak dari tim utama dan kini sudah hengkang ke Aston Villa. Dampaknya? MU kehilangan salah satu senjata andalan mereka.

Baca Juga: “Pemain Asia yang Pernah Bermain di Manchester United

4. Gaya Bermain Ruben Amorim yang Terlalu "Berani"

Amorim datang ke MU dengan ide permainan yang ambisius dan berbeda. Dia ingin membawa filosofi tiga bek yang sukses dia terapkan di Sporting CP ke Old Trafford. Tapi, apakah para pemain MU siap?

MU terbiasa bermain dengan empat bek selama era Erik ten Hag atau Solskjaer. Pergantian ke formasi tiga bek sejajar butuh adaptasi besar. Apalagi pemain-pemain seperti Maguire, Lindelof, atau Martinez belum tentu cocok main dalam skema ini.

Hasilnya? Tim terlihat bingung di lapangan. Perubahan mendadak dalam filosofi permainan ini justru membuat pemain kehilangan kenyamanan. Belum lagi kombinasi lini belakang yang terus berubah, makin memperparah situasi.

5. Eksperimen Tak Berujung

Satu lagi hal yang membuat MU tidak stabil adalah keinginan Ruben Amorim untuk terus bereksperimen. Meskipun niatnya baik, tapi terlalu sering gonta-ganti formasi dan posisi pemain justru bisa merusak ritme tim.

Amad Diallo, misalnya, sempat tampil oke sebagai wingback, tapi tiba-tiba dipasang jadi gelandang serang. Mazraoui juga mengalami hal serupa: kadang jadi bek tengah kanan, kadang jadi wingback.

Eksperimen semacam ini membuat pemain sulit menemukan ritme dan kenyamanan. Mereka jadi tidak tahu peran pastinya dalam tim. Padahal, untuk bisa tampil konsisten, pemain butuh stabilitas.

Itulah jawaban dari pertanyaan besar: kenapa MU kalah terus? Ada banyak faktor yang saling terkait—mulai dari pertahanan yang rapuh, kesalahan bola mati, serangan yang tumpul, taktik baru yang belum cocok, hingga rotasi berlebihan.

Kalau Manchester United ingin bangkit, mereka harus melakukan evaluasi besar-besaran. Ruben Amorim pun perlu waktu dan pendekatan yang lebih realistis terhadap kondisi skuad yang ada.

Dari sisi fans, mungkin ini masa yang berat. Tapi kalau kamu tetap percaya dan mendukung tim dalam masa sulit seperti ini, justru itulah bukti cinta sejati. Kita tunggu, apakah MU bisa kembali ke jalur kemenangan, atau justru makin terperosok dalam krisis.