Loading, please wait...
MansionSports - Legenda Manchester United yang kini jadi pandit sepak bola, Gary Neville, dibuat kagum dengan cara Arne Slot melatih di Liverpool. Slot memulai laga debutnya sebagai pelatih The Reds kala tim menang 2-0 atas tim promosi Premier League, Ipswich Town.Dua gol di pertandingan tersebut dicetak Diogo Jota dan Mohamed Salah. Apa yang membuat Carragher kagum adalah keberanian yang menunjukkan ketegasan dari Slot, ketika ia menarik keluar Jarell Quansah di paruh pertama laga dan digantikan Ibrahima Konate.Pergantian itu mengubah permainan Liverpool meski kabarnya Quansah kesal digantikan di jeda babak pertama. Hal itu sederhana, tapi menurut Neville memperlihatkan kualitas kepelatihan Slot."Arne Slot cukup keras terhadap Quansah. Mengganti seseorang di babak pertama adalah hal yang besar dan menurut saya hal itu tidak dilakukan dengan mudah oleh para pelatih," papar Neville dikutip dari Mirror."Itu adalah cara dia berterus terang setelah pertandingan mengenai bagaimana dia menjawabnya. Tidak ada kata menahan diri.""Jadi saya pikir ada elemen di sana dari dia yang cukup klinis dan brutal dan mengatakan dia bereaksi terhadap permainan dan apa yang terjadi.""Merasa mereka perlu memenangkan duel, saya pikir itu adalah benang merah di balik keputusannya dan itu berhasil. Anda harus mengatakan bahwa di babak kedua Liverpool jauh lebih baik dan ini adalah kemenangan yang bagus bagi mereka."Slot juga sempat menuturkan apa yang diberitahukannya kepada para pemain Liverpool pada turun minum, mengindikasikan apabila bukan hanya Quansah yang bermain buruk dengan banyak kalah di duel perebutan bola."Hal pertama yang saya katakan adalah kami tidak perlu berbicara tentang taktik jika Anda kalah dalam banyak duel, dan itulah yang kami lakukan," imbuh Slot."Bukannya Jarell kalah di setiap duel, banyak dari kami kalah terlalu banyak dalam duel, jadi kami membutuhkan Konate untuk memenangkan bola-bola panjang di udara menuju pemain nomor 9 (Liam Delap) mereka, sehingga membantu dan memberi kami kendali.""Tetapi mereka mengeluarkan begitu banyak energi di babak pertama, berlari, bertarung, bermain di seluruh lapangan satu lawan satu, dan saya rasa mereka tidak bisa mengimbangi tempo itu di babak kedua," urainya.