
Luciano Spalletti: “Saya Gagal Memperbaiki Tim Ini”
Mansion Sports - Luciano Spalletti telah secara resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai pelatih kepala Tim Nasional Italia.
Dalam konferensi pers terakhirnya yang digelar usai laga kemenangan 2-0 atas Moldova, Spalletti menyampaikan evaluasi menyeluruh atas perjalanan singkatnya bersama Gli Azzurri.
Dengan gaya bicara yang jujur, lugas, dan penuh refleksi, ia tidak hanya mengucapkan perpisahan, tetapi juga menyoroti sejumlah permasalahan sistemik dalam sepak bola Italia serta mengungkapkan rasa kecewa atas kegagalannya membawa perubahan nyata dalam skuad nasional.
Pengakuan Terbuka: “Saya Gagal Memperbaiki Tim Ini”
Dalam pernyataannya, Spalletti secara terus terang menyatakan bahwa ia telah diberhentikan dari posisinya, terlepas dari hasil positif melawan Moldova.
Ia mengakui bahwa dirinya gagal menjalankan tugas untuk meningkatkan kualitas permainan dan performa tim nasional secara keseluruhan.
“Saya meninggalkan tim nasional ini dalam keadaan yang sama seperti saat saya menerimanya. Saya telah diberi kesempatan untuk bekerja, saya mencoba, saya melakukan kesalahan, dan saya bereksperimen.”
“Namun saya tidak berhasil membawa tim ini menjadi lebih baik, yang berarti saya gagal menjalankan tugas saya,” ungkap Spalletti di hadapan para jurnalis.
Meski Italia menang berkat gol dari Giacomo Raspadori dan Andrea Cambiaso, Spalletti menegaskan bahwa performa tim masih jauh dari kata meyakinkan.
Ia juga menambahkan bahwa media telah bersikap terlalu baik kepadanya dan mengatakan bahwa dirinya sendiri akan bersikap lebih keras jika berada di posisi mereka.
Kritik terhadap Sistem Kompetisi dan Minimnya Ketersediaan Pemain Berkualitas
Salah satu pokok kritik Spalletti adalah padatnya jadwal pertandingan dan kurangnya regenerasi pemain berkualitas yang dapat diandalkan untuk tim nasional.
Ia menyebut bahwa skuad Italia saat ini kekurangan pemain yang memiliki kemampuan individu untuk melewati lawan secara langsung—karakteristik penting dalam sepak bola modern.
“Saya mencoba memanggil Federico Chiesa, tapi ia tidak pernah bermain. Zaccagni cedera dan meminta tidak dipanggil. Zaniolo sekarang pun jarang bermain.”
“Semua tim membutuhkan pemain yang mampu menggiring bola dan menciptakan perbedaan, tetapi saat ini kita tidak banyak memilikinya,” ujarnya.
Ia juga menyinggung keputusannya untuk mengabaikan beberapa pemain yang sebenarnya tampil konsisten di level klub seperti Riccardo Orsolini dari Bologna dan Matteo Politano dari Napoli, meski keduanya menunjukkan performa yang layak untuk dipertimbangkan.
Ketegangan dengan Francesco Acerbi dan Penyesalan yang Diakui
Spalletti juga menjelaskan soal kontroversi yang melibatkan Francesco Acerbi, bek tengah Inter Milan yang menolak panggilan timnas untuk dua laga kualifikasi Piala Dunia terakhir. Acerbi mengklaim bahwa dirinya merasa tidak dihormati oleh sang pelatih.
“Mungkin saya telah bertindak kurang tepat. Kami sempat berdialog melalui telepon dan saya sudah meminta maaf, yang saat itu diterima olehnya. Tapi pada akhirnya... saya juga memahami keputusannya.”
“Saya sengaja ingin memberi waktu bermain untuk pemain seperti Calafiori, Buongiorno, dan Leoni. Acerbi memang tampil sangat baik di akhir musim, tapi saya mencoba membuat perhitungan untuk masa depan dengan melihat usia dan kesiapan menjelang Piala Dunia.”
Sikap Emosional dan Dukungan dari Buffon
Dalam konferensi pers tersebut, Spalletti tidak sendirian. Ia didampingi oleh manajer tim nasional Gigi Buffon serta Presiden FIGC, Gabriele Gravina.
Spalletti tidak segan mengungkapkan sisi emosionalnya saat membicarakan kecintaannya terhadap tim nasional dan tekanan yang ia rasakan.
“Saya hidup dalam kesulitan, saya sudah terbiasa dengan itu sepanjang hidup saya. Ketika seseorang menunjukkan rasa kasihan pada saya, rasanya saya ingin menanduk mereka. Saya selalu bereaksi terhadap hal semacam itu,” kata Spalletti, mengundang tawa ringan di tengah suasana haru.
Ia juga menceritakan bagaimana Buffon sempat beberapa kali memberikan masukan keras terkait kebijakan yang ia ambil, namun tetap mendukung penuh selama masa jabatannya.
Pengumuman kepada Pemain dan Respon Diam yang Menyentuh
Spalletti mengungkapkan bahwa dirinya telah lebih dulu memberi tahu para pemain mengenai pemecatannya sebelum pertandingan dimulai.
Ia menyampaikan pengumuman tersebut dengan tenang, dan menyebut bahwa para pemain hanya terdiam karena sudah dapat menebak arah situasinya.
“Saya memanggil mereka lima menit lebih awal. Mereka sudah bisa membaca situasinya, jadi saya langsung katakan.”
“Jika saya menyimpannya sendiri, hari ini dan besok pasti akan penuh dengan kontroversi. Saya kecewa pada diri sendiri, bukan orang lain.”
Harapan bagi Pengganti dan Masa Depan Timnas Italia
Luciano Spalletti menutup pernyataannya dengan menyampaikan harapan terbaik bagi pelatih yang akan datang, serta untuk federasi sepak bola Italia secara umum.
Ia menyebut bahwa ia mungkin telah menyebabkan lebih banyak kerusakan saat mencoba melakukan perubahan dalam sistem, namun tetap berharap tim nasional bisa bangkit dan berkembang ke depannya.
“Saya berharap pelatih baru bisa memperbaiki tim ini, karena saya tidak ingin melihat tim ini gagal. Saya juga berharap bahwa pemain-pemain yang menolak panggilan timnas tidak akan dipanggil lagi di masa depan. Saya sempat mencoba mengguncang sistem ketika datang, tapi mungkin itu justru memperburuk keadaan.”
Ia pun tidak menutup kemungkinan untuk kembali melatih di masa depan, namun untuk saat ini, ia menerima keputusan federasi bahwa dirinya bukan sosok yang tepat untuk melanjutkan proyek tim nasional.
“Saya tidak mengundurkan diri karena saya yakin bisa melakukan lebih baik. Namun jika saya dinilai bukan orang yang tepat, maka saya menerimanya. Saya meninggalkan tim nasional ini dalam kondisi yang sama seperti saat saya menerimanya.”
Statistik Singkat Masa Kepelatihan Spalletti
Selama menjabat sebagai pelatih kepala Timnas Italia, Luciano Spalletti mencatatkan:
- 12 kemenangan
- 6 hasil imbang
- 6 kekalahan
- 40 gol dicetak
- 29 kebobolan
Luciano Spalletti mungkin tidak berhasil membawa perubahan besar dalam waktu singkat, namun keberaniannya untuk bicara jujur dan bertanggung jawab atas hasil kerjanya mencerminkan integritas yang tinggi.
Kini, sorotan beralih ke siapa yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan Gli Azzurri—dengan nama Claudio Ranieri dan Stefano Pioli disebut-sebut sebagai kandidat terkuat.
Masa depan Timnas Italia berada di titik krusial, dan keputusan berikutnya akan sangat menentukan arah sepak bola nasional di tahun-tahun mendatang.