Trio Maut Baru Barcelona: Pecahkan Rekor, Tapi Gagal ke Final

Trio Maut Baru Barcelona: Pecahkan Rekor, Tapi Gagal ke Final

Mansion Sports - Musim ini, Barcelona seperti tak sengaja menemukan trio lini depan paling tajam mereka di Liga Champions — bahkan lebih produktif dari era legendaris "MSN". 

Namun, meski catatan gol luar biasa berhasil ditorehkan, mimpi menuju final Liga Champions kembali pupus di detik-detik terakhir.

Trio Baru: Lewandowski, Yamal, Raphinha Lampaui 'MSN'

Musim 2014/15 dikenal sebagai masa keemasan lini depan Barcelona. Trio Messi, Suarez, Neymar (MSN) mencetak 27 gol di Liga Champions dan membawa Barca juara. 

Tapi musim ini, kombinasi Lewandowski (11 gol), Yamal (5 gol), dan Raphinha (13 gol) justru melampaui angka itu dengan total 29 gol.

  • Lewandowski tampil luar biasa di usia hampir 37 tahun.
  • Yamal, bahkan belum genap 18 tahun, mencetak rekor sebagai remaja paling bersinar di Eropa.
  • Raphinha, yang nyaris tergeser musim panas lalu, justru menjadi top scorer Liga Champions bersama Serhou Guirassy dari Dortmund.

Baca Juga: “Liga Champions: Drama 7 Gol Terjadi di Milan!

Gagal ke Final: Petaka di Detik Terakhir

Barcelona sudah sangat dekat dengan final pertama mereka dalam satu dekade. Setelah tertinggal 2-0 di leg pertama melawan Inter, mereka bangkit jadi 3-3. Lalu di leg kedua, sempat unggul 6-5 secara agregat hingga menit ke-87.

Gol-gol dari Eric Garcia, Dani Olmo, dan Raphinha sempat memberi harapan. Tapi petaka datang di menit akhir:

  • Francesco Acerbi menyamakan skor di masa injury time.
  • Davide Frattesi mencetak gol penentu di babak tambahan.

Dengan hasil itu, Inter Milan melaju ke final keduanya dalam tiga musim terakhir, sementara Barcelona harus kembali menunggu — kini sudah 11 tahun tanpa gelar Liga Champions.

Raphinha & Lewandowski: Gemilang Tapi Tetap Pahit

Pencapaian individu mereka luar biasa, bahkan Raphinha disebut-sebut sebagai kandidat Ballon d'Or berkat performanya musim ini. 

Tapi kegagalan di semifinal tetap terasa menyakitkan — rekor gol itu tidak cukup menghapus luka kegagalan yang begitu tipis.

Musim ini membuktikan bahwa Barcelona punya masa depan cerah, dengan Yamal sebagai bintang muda dan Lewandowski yang tetap tajam. 

Tapi mereka juga harus belajar bahwa momen-momen kecil di akhir pertandingan bisa menghapus kerja keras sepanjang musim.

Related News

Trio Maut Baru Barcelona: Pecahkan Rekor, Tapi Gagal ke Final

Trio Maut Baru Barcelona: Pecahkan Rekor, Tapi Gagal ke Final

Mansion Sports - Musim ini, Barcelona seperti tak sengaja menemukan trio lini depan paling tajam mereka di Liga Champions — bahkan lebih produktif dari era legendaris "MSN". 

Namun, meski catatan gol luar biasa berhasil ditorehkan, mimpi menuju final Liga Champions kembali pupus di detik-detik terakhir.

Trio Baru: Lewandowski, Yamal, Raphinha Lampaui 'MSN'

Musim 2014/15 dikenal sebagai masa keemasan lini depan Barcelona. Trio Messi, Suarez, Neymar (MSN) mencetak 27 gol di Liga Champions dan membawa Barca juara. 

Tapi musim ini, kombinasi Lewandowski (11 gol), Yamal (5 gol), dan Raphinha (13 gol) justru melampaui angka itu dengan total 29 gol.

  • Lewandowski tampil luar biasa di usia hampir 37 tahun.
  • Yamal, bahkan belum genap 18 tahun, mencetak rekor sebagai remaja paling bersinar di Eropa.
  • Raphinha, yang nyaris tergeser musim panas lalu, justru menjadi top scorer Liga Champions bersama Serhou Guirassy dari Dortmund.

Baca Juga: “Liga Champions: Drama 7 Gol Terjadi di Milan!

Gagal ke Final: Petaka di Detik Terakhir

Barcelona sudah sangat dekat dengan final pertama mereka dalam satu dekade. Setelah tertinggal 2-0 di leg pertama melawan Inter, mereka bangkit jadi 3-3. Lalu di leg kedua, sempat unggul 6-5 secara agregat hingga menit ke-87.

Gol-gol dari Eric Garcia, Dani Olmo, dan Raphinha sempat memberi harapan. Tapi petaka datang di menit akhir:

  • Francesco Acerbi menyamakan skor di masa injury time.
  • Davide Frattesi mencetak gol penentu di babak tambahan.

Dengan hasil itu, Inter Milan melaju ke final keduanya dalam tiga musim terakhir, sementara Barcelona harus kembali menunggu — kini sudah 11 tahun tanpa gelar Liga Champions.

Raphinha & Lewandowski: Gemilang Tapi Tetap Pahit

Pencapaian individu mereka luar biasa, bahkan Raphinha disebut-sebut sebagai kandidat Ballon d'Or berkat performanya musim ini. 

Tapi kegagalan di semifinal tetap terasa menyakitkan — rekor gol itu tidak cukup menghapus luka kegagalan yang begitu tipis.

Musim ini membuktikan bahwa Barcelona punya masa depan cerah, dengan Yamal sebagai bintang muda dan Lewandowski yang tetap tajam. 

Tapi mereka juga harus belajar bahwa momen-momen kecil di akhir pertandingan bisa menghapus kerja keras sepanjang musim.

Related News