Loading, please wait...
Pemain Tertua di Timnas Indonesia - Kalau ngomongin Timnas Indonesia, biasanya yang jadi sorotan adalah para pemain muda penuh talenta dengan skill menawan dan semangat membara. Tapi pernah nggak sih kita ngelirik ke sisi lain, ke para pemain senior yang justru jadi fondasi penting di balik performa tim?
Di Mansion Sports, kami percaya bahwa pengalaman itu nggak kalah pentingnya dari kecepatan atau skill individu.
Di balik aksi-aksi memukau para wonderkid, ada Pemain Tertua di Timnas Indonesia yang tetap tampil konsisten dan jadi mentor di dalam maupun luar lapangan. Nah, kali ini kita bakal bahas siapa aja mereka, dan kenapa peran mereka masih sangat vital di skuad Garuda.
Nggak semua pemain bisa tetap bersaing di level tertinggi saat usia mereka mulai memasuki angka 30-an. Tapi, para pemain ini membuktikan bahwa usia hanyalah angka ketika mereka terus menunjukkan kualitas dan profesionalisme yang luar biasa.
Sebagai Pemain Tertua di Timnas Indonesia saat ini, Jordi Amat yang lahir pada 21 Maret 1992, memegang peran penting di jantung pertahanan. Di usianya yang menginjak 32 tahun, dia bukan cuma sekadar pemain, tapi juga sosok pemimpin di lapangan.
Sering dipercaya sebagai kapten, Jordi juga dikenal karena pengalaman luasnya di sepak bola Eropa. Meski performanya sempat dikritik akibat beberapa blunder, pelatih Shin Tae-yong tetap percaya pada kemampuan dan pengaruhnya di skuad. Pengalaman yang ia bawa jadi nilai tambah yang nggak bisa diremehkan.
Lahir pada 9 Februari 1995, Thom Haye menjadi salah satu motor lini tengah Timnas Indonesia. Di usia 29 tahun, Haye udah menunjukkan kelasnya sejak pertama kali bergabung pasca naturalisasi.
Nggak cuma punya skill mengolah bola yang rapi, visi bermain Thom bikin banyak orang menjulukinya sebagai “Profesor”.
Gaya mainnya yang tenang, efisien, dan penuh perhitungan jadi penyeimbang buat lini tengah yang kadang masih terlalu agresif. Thom jadi contoh sempurna bahwa kecerdasan taktis bisa jadi senjata utama di level internasional.
Masih berusia 29 tahun, Sandy Walsh menempati posisi ketiga dalam daftar Pemain Tertua di Timnas Indonesia, lahir hanya sebulan setelah Thom Haye, tepatnya 14 Maret 1995.
Sandy dikenal sebagai pemain yang serba bisa—mulai dari bek kanan, wingback, bek tengah kanan, bahkan kadang diplot jadi gelandang.
Main di liga Belgia bersama KV Mechelen, Sandy punya fisik kuat dan mental bertanding tinggi. Fleksibilitasnya jadi aset penting buat Timnas, apalagi di pertandingan-pertandingan sulit di mana pelatih butuh solusi cepat tanpa harus ganti banyak pemain.
Baca Juga: “Pelatih Timnas Indonesia Terbaik Sepanjang Masa”
Lahir pada 5 Mei 1996, Ricky Kambuaya kini berusia 28 tahun dan jadi salah satu pemain yang cukup lama berada di bawah asuhan Shin Tae-yong. Meski saat ini bukan starter reguler, kontribusinya di masa awal era Shin sangat signifikan.
Dengan 37 caps di bawah pelatih asal Korea Selatan tersebut, Ricky udah cukup kenyang pengalaman di level internasional. Gelandang ini punya fisik yang kuat dan kemampuan mengatur tempo permainan, sesuatu yang sering dibutuhkan dalam pertandingan besar.
Terakhir, ada Malik Risaldi. Meskipun baru berusia 27 tahun (lahir 23 Oktober 1996), dia termasuk dalam jajaran pemain senior di Timnas. Saat ini membela Persebaya Surabaya di BRI Liga 1 2024/2025, Malik udah menunjukkan performa menjanjikan meski sempat dibekap cedera.
Dengan dua gol dari empat laga awal musim, Malik nunjukkin bahwa dia masih punya naluri gol yang tajam. Di Timnas, perannya tetap krusial, apalagi dengan kemampuannya membaca permainan dan bergerak di ruang sempit.
Jadi, meski Timnas Indonesia sedang gencar memoles bakat-bakat muda, kehadiran Pemain Tertua di Timnas Indonesia tetap nggak boleh dilupakan. Mereka bukan cuma pemain biasa, tapi figur yang bisa jadi panutan, baik dalam soal etos kerja, sikap profesional, sampai pengalaman menghadapi tekanan di laga besar.
Di Mansion Sports, kami selalu percaya bahwa tim yang hebat bukan cuma soal usia muda dan tenaga, tapi juga soal pengalaman, stabilitas, dan kepemimpinan. Dan lima nama tadi adalah bukti hidup bahwa usia matang bukan halangan untuk tetap jadi bagian penting dari perjuangan Merah Putih.
Siapa tahu, dari para pemain senior ini, para junior bisa belajar jadi pemain yang lebih dewasa, tangguh, dan siap menatap masa depan sepak bola Indonesia yang lebih gemilang.